Bahagia itu Sederhana
7-5-2013
Hari ini hari terakhir
gue fieldtrip di Jogja bareng
angkatan, seneng sih, finally this crappy
fieldtrip is over, tapi sedih juga, gatau kenapa, fieldtrip gue kali ini was
truly a great escape from my activities, seneng aja rasanya bisa jadi diri
gue sendiri lagi. Diri gue dimana gue Cuma anak kelas 2 SMA biasa, yang konyol,
kurang bertanggung jawab and always
laughing like a retard.
Jadi, hari ini gue nemuin
makna sebenernya dari kata-kata “Bahagia itu Sederhana”. Jujur, gue gak terlalu
banyak have fun dan main main kayak
anak lainnya, karena ya.. my personality
is just somehow a bit insecure and a bit anti-social. Bukan berarti gue emo atau punya personality disorder, but i
just like the fact that i could think more clearly and be more true to myself
when i’m alone.
Jadi hari ini, gue
menemukan arti bahagia itu sederhana pertama kali sekitar jam 5.30 sore. Gue
dan temen gue, Migo, lagi mau nge-gaul di angkringan pinggir jalan, pas banget
lagi mendung, jadi.. kita minjem payung sama mas mas supir bus kita. Tapi
sialnya, pas kita baru aja jalan, Tuhan numpahin air ber-ember ember dari
langit, jadi gue sama Migo berteduh kan. Ditengah kelaparan kami, Tuhan juga
memberikan secercah harapan berbentuk ibu-ibu yang jualan sate di pinggir
jalan. Dengan semangat ’45 gue dan Migo langsung mesen 2 porsi yang harga
satunya 15 ribu doang! Tadinya rencana makan di bus, tapi berhubung hujan tak
bisa dikompromi, gue dan Migo makan sambil berdiri di tempat. Then.. the unbelievable happens..
SATENYA ENAK PARAH!! Sumpah ngalahin sate langganan gue di rumah.. gue makan kayak orang kesurupan dan akhirnya
kekenyangan. Migo sampe harus bantuin gue makan sisa sate gue.
Bahagia itu.. Sederhana
ternyata, dengan dapet sepiring sate panas yang murah+enak di pinggir jalan has
made my entire day :D kayaknya gue musti belajar lagi mengerti kebahagiaan
kebahagiaan kecil kayak gini. Kebahagiaan yang mungkin gak akan terulang 2
kali, tapi bakal keinget terus. Pasti.