CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Monday, March 14, 2011

Lanjutan Birthstones (4)


keranjangku terjatuh ke lantai, membuat satu lusin telurku pecah, bahuku sakit dan ponselku terbanting jatuh dari saku celana, entah bagaimana bisa jatuh.

" astaga, maaf"

kudengakkan kepala sambil meringis memegangi bahuku yang sakit. termyata seorang cowok, rambutnya cokelat gelap, nyaris hitam. matanya berwarna cokelat. lebih gelap dari warna mataku namun lebih terang dari warna mata temanku di rumah yang lama. kulitnya putih pucat, persis seperti kulitku. wajahnya memelas meminta maaf. wajahku memerah

" hei, kau baik baik saja?" tanyanya, mengulurkan tangan
kusambut tangannya " ya, kurasa begitu" ujarku sambil menunggu ditarik berdiri
" aku benar benar minta maaf, aku akan menggantinya" janjinya sambil menarikku berdiri
" tidak, tidak usah" jawabku sambil membersihkan bagian belakang jeans-ku
" tapi..."
" sudahlah... tidak usah" potongku sambil mengambil keranjang belanja yang terjatuh dan memungut handphoneku. kuambil lagi satu lusin telur dan mulai berjalan kearah rak lain
" hei, kau baru ya, di kota?" tanyanya, rupanya dia mengejarku
" well, yeah, tapi nggak tinggal di kota" ujarku acuh sambil mengambil satu kaleng kopi dan cokelat bubuk
" kau masih SMA, kan?" tanyanya
okay, ini mulai menyebalkan
" ya, dan kau tahu dimana toko roti?"
" dibelakang supermarket ada toko roti"
" well, terimakasih atas bantuanmu, tapi aku harus pergi" kataku sambil berjalan menuju kasir

aku membayar belanjaanku serta biaya ganti rugi. kuambil lagi 2 bungkus licorice. setelah mengucapkan maaf dan terimakasih, aku keluar dari supermarket, membawa beberapa kantong plastik. kukeluarkan kunciku dari saku jaket dan kubuka bagasinya, lalu kumasukkan seluruh plastik belanjaku kedalamnya sebelum membantingnya hingga menutup.

" wow "
" oh, astaga" gerutuku sambil menengok kebelakang dan melihat seseorang mengagumi mercedesku.

tidak mengacuhkannya, aku berjalan masuk mobil dan menyalakan mesinnya. dengan cekatan kukunci pintu dan kunyalakan MP3 playernya, dentuman bass menggetarkan rangka mobilku, dan langsung kuinjak pedal gas menuju toko roti.

kuambil dua baguette dan langsung membayarnya. setelah masuk mobil, kulempar saja bagguete itu ke kursi penumpang dan mengebut kembali ke rumah, maskipun terpaksa harus kuperlambat saat memasuki jalan berliku menuju rumahku. tapi lama lama aku jengkel juga mengingat kejadian di supermarket tadi jadi aku mengebut di jalan, tak peduli aku akan kecelakaan atau apa.

ketika memasukkan mobil ke garasi aku nyaris melindas semak mawar dan mengerem hingga ban mobilku menjerit protes. dengan lebih sabar kumasukkan mobil ke garasi dan mengeluarkan belanjaan dari bagasi lalu menaruh semuanya di atas meja makan. membereskannya satu persatu dan membuang plastiknya. aku turun ke ruang hobi untuk melukis. ketika sampai dibawah kulihat ibuku tertidur di meja kerjanya. kuguncang pelan lengannya.

" Mom? Mom? Mom, bangun"
" Alice?" kata Mom dengan suara serak setelah dia membuka mata
" ya, ayo, pindah Mom. kalau Mom masih ngantuk tidur di kamar saja. aku yang mengurus makan siang"
" tidak, jangan kau sudah mengurus sarapannya" kata Mom
" aku akan membuat enchiladas, Mom suka kan?"  aku tak tega membiarkannya memasak padahal sedang mengantuk begini
" okay, you win" katanya lalu bangkit dan naik ke lantai 2
" Mom, Dad mana?"
" di ruang kerja"

akupun keatas untuk memanggil Dad. kuketuk pelan pintunya. saat kubuka rupanya Dad sedang membaca. aku menanyakan apakah dia lapar dan dia menjawab dengan semangat kalau dia sangat lapar. akhirnya aku dan Dad berjalan bersama menuju dapur. Mom sudah membuat secangkir kopi lagi. tanpa krim kelihatannya. aku mulai mengaduk aduk kulkas, mencari cabai hijau, ayam dan segala pernak pernik pembuatan enchiladas. aku berkonsentrasi melupakan cowok tadi saat mengiris daging Dada ayam tipis tipis. tetapi aku tidak punya banyak pilihan selain memikirkannya saat menunggu  enchiladas-ku matang di microwave. dia menyebalkan sekali siiih, pikirku dengan sangat kekanak kanakan. ketika aku hendak memberi kentang tumbuk di piring enchiladas-ku. aku mendengar Mom dan Dad sedang mendiskusikan mobil baru untukku. ketika mendengarkan dengan seksama, aku meringis

" ... mercedes saja, kita tidak harus membuatnya malu pada hari pertama sekolah"
" volvo R8 V10 milik kolega-ku lebih keren, samantha" tukas Dad keberatan
" itu mobil untuk pria, audi coupe pasti bagus untuknya, mewah dan berkelas.."
" oh, ayolah Mom, Dad, pagi ini aku mengendarai mercedes Mom dan seantero kota memelototi mobilku. aku minta audi A4 saja. bentuknya lebih sederhana." protesku
" Alice, kau tidak mengenal mobil" Dad memprotes
" aku pernah melihatnya di internet dan memang lumayan, kok, Dad" tukasku tak setuju

pembicaraan harus terputus saat aku meletakkan enchiladasnya di depan mereka. Mom meminta segelas susu dan memprotes enchiladasku yang kelewat pedas untuknya, tapi Dad memakannya dengan tenang. setelah selesai Dad menggunakkan telepon dapur untuk memesan mobilku ke showroom milik kenalannya. aku mengingatkannya untuk membeli yang tahunnya lama, entah '98-an atau apa.sambil meringis di telepon Dad mengiyakan dan memesan mobilku. Dad memberitahuku paling cepat tiba  hari lagi. bagus, 3 hari lagi aku akan berhenti dipelototi. Mom sudah turun ke ruang hobi untuk menyelesaikan desainnya. setelah selesai menelepon, Dad masuk lagi ke ruang kerja. akhirnya aku memutuskan mencuci piring lalu mengirimi teman temanku e-mail

selesai mengetik e-mail aku membuat kopi, dengan krim yang banyak tentunya. lalu membawanya ke balkon. memang ini baru jam 3 sore, tetapi udaranya sejuk sekali. kuambil novel favoritku dan kubaca di balkon. kusiram bunga bunga hiasku agar aku tidak kena marah. setelah kopiku habis, kuputuskan untuk kembali ke kamar. kututup pintu balkonku cepat cepat. anginnya dingin sekali. sebentar lagi pasti hujan. kucuci cangkir kopi yang tadi kupakai. lalu aku menuju ruang hobi.

Mom sedang mengumpulkan kertas kertas sketsanya. ketika kutanya, ternyata dia sudah selesai menggambar jadi aku segera duduk di piano dan memainkan lagu yang sempat kulihat di internet sebelumnya. not baloknya rapat sekali dan temponya sedang. kutekan tuts piano dengan lebih bersemangat saat sudah setengah jalan memainkan pembukaannya. lagunya enak. lembut meski temponya sedang. nada nadanya rumit namun indah. aku memainkannya berulang ulang hingga aku hapal setengah lagunya. lalu aku naik ke kamarku untuk mandi.

kubebat diriku rapat rapat dengan handuk agar aku tidak kedinginan. aku langsung berganti baju dengan tanktop dan celana jogging-ku yang sudah lusuh. kemudian mataku tertumbuk pada kotak di nakasku. aku berlari dan berlutut didepan nakas, menyalakan lampu tidur dan perlahan membuka penutup kotaknya

aku terkesiap

0 komentar:

Post a Comment