CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Wednesday, March 9, 2011

Lanjutan Birthstones (2)

Mom dan Dad pasti tahu aku benci rumah minimalis dan betapa aku menyukai warna putih dan skema skema pastel lainnya. seperti yang kukira sebelumnya, rumah itu bertingkat 2 . atapnya berwarna abu abu gelap. pohon cedar yang rimbun mendominasi sisi timur rumah. ada semak mawar yang mengelilingi rumah. jendela jendelanya besar dan mengagumkan. rumah itu bercat putih apel. warnanya menyenangkan. ada sedikit warna ungu di jendela kamar atas, kamar itu memiliki balkon.. beberapa jendela diberikan kayu yang menutupinya. dan di beranda depan ada sebuah chandelier yang kecil sekali, namun menakjubkan.

" like it?" tanya ibuku was was, memecah lamunanku
" lovin' it!" teriakku dan memeluk ibuku

aku menunggu diluar sementara para pekerja memindahkan barang barang kedalam rumah. ibuku meneriaki para pekerja yang memindahkan vas kristalnya dengan kurang hati hati. aku sudah meneliti lingkungan sekeliling rumah. dibelakang rumah terdapat sungai kecil yang meliuk. mungkin pemilik rumah sebelumnya sering main ke sungai, karena aku melihat ada tangga dari batu alam yang disemen ke tanah menuju sungai. aku bermain dengan airnya sebentar. aku berjalan ke sisi timur rumah untuk melihat pohon cedar. pohon itu rimbun sekali. cabangnya rapat, berdekatan dan tebal hingga tak mungkin sulit untuk memanjatnya. pohon itu menjulang melampaui atap. kemudian aku mengamati semak mawar dan memetik beberapa tangkai. suara mobil berderum membuatku terlonjak. truk pemindah barang sudah berangkat, jadi aku berlari kecil menaiki undakan dan masuk ke rumah.

" is that for me?" tanya Dad, mengamati mawar petikanku dengan teliti
" no, for the vase" ujarku lalu menaruhnya di dalam vas kecil di atas meja
" aku boleh bantu, Dad?" tanyaku
" tanya sama Mom aja, dia di dapur"
" ah, enggak ah, nanti kalau ada yang pecah.." balasku
" right, ehh.. unpacking?"
" my stuff?" tanyaku
Dad hanya mengangguk
" ditaruh dimana?"
" in your room. lantai dua, ke kiri, kamar paling ujung"

maka aku pun menyusuri tangga dengan perlahan, mengagumi tekstur birai kayu oaknya yang begitu halus. tangganya nyaris tidak berderit saat kuinjak. kulihat Mom sudah membeli dan memasang beberapa lukisan di dinding sepanjang tangga. salah satu yang paling kusukai adalah lukisan abstrak yang berlatar gelap dengan berbagai gradasi warna di bagian tengahnya, juga lukisanku sendiri, sebuah padang rumput asing dengan pohon oak yang daunnya sudah berguguran semua. ayahku berkata aku berbakat melukis, tapi aku hanya mengaggapnya sebagai hobi. dinding lantai dua berlapis wallpaper berwarna beige lembut, dengan jendela kaca full tanpa bingkai yang menampilkan sebagian sungai kecil tadi. aku berbelok ke kiri dan melihat pintu kamarku yang terbuat dari kayu dan dihiasi ukiran ornamental berwarna putih seperti tanaman merambat. kuputar gagangnya perlahan.

aku mendapat kamar yang berbalkon. segera saja aku berlari menuju balkon dan melihat kebawah. tidak terlalu tinggi tapi tidak rendah juga. Mom sudah membelikan aku kursi dan meja untuk balkon, kursinya terbuat dari kayu yang dianyam berbentuk sarang lebah dengan celah untuk duduk dan beberapa bantal didalamnya. terdapat kawat baja yang menahan kursi itu sehingga terlihat seperti ayunan. mejanya kecil kecil, ada 4, 1 diantaranya ditaruh dekat dengan kursi ayunanku. sisanya dirapatkan ke pagar balkon, pasti untuk menaruh bunga.

aku kembali ke kamarku. kasurku yang berukuran sedang dilapisi bed cover berwarna ungu. lampu lampu dan rak buku lamaku sudah dipasang. komputer lamaku juga bertengger di dekat lemari. dinding kamarku berwarna beige dan ada gambar tanaman rambat berwarna emas mengilat yang dilukis tangan. lantainya kayu berwarna cokelat hangat. aku tidak mendapat kamar mandi pribadi lagi, sama seperti saat di rumah lamaku. tapi tidak apa apa, kan yang tinggal di lantai ini hanya aku dan Dad, itupun kalau dia sedang bekerja atau Mom saat sedang memasak. kardus kardus yang berisi baju dan buku bukuku tertumpuk rapi aku mulai membukanya satu persatu. pertama yang bertuliskan 'buku Alice' didalamnya ada beberapa kardus kecil lagi sesuai dengan jenis buku. kuambil 3 majalahku yang paling baru dan kulempar asal saja di karpet ungu yang ada di tengah ruangan, dan kulempar satu buku novelku ke atas kasur. kurapikan baju baju dan kugantungkan satu baju di kaitan di samping lemari untuk kupakai ke sekolahku lusa. kuambil semua bingkai foto dan lukisan lukisanku dan kupasang di dinding. lalu menumpuk CD hingga terlihat seperti diratakan dengan penggaris. entah kenapa aku ingin kamarku terlihat rapi, oke, kecuali bagian karpet dan meja belajar. Tetapi setidaknya lebih rapi daripada kamarku yang lama. kutaruh ponsel dan I-pod ku di nakas kecil di samping tempat tidur.

selesai sudah

kuangkat kardus kardus kosong itu untuk dimasukkan ke loteng. tetapi saat kuangkat, sesuatu berguncang didalamnya, ketika kulihat lagi, ternyata itu adalah kotak beludru yang ada di kabinet. kuambil dan kuamati kotak itu, aneh, kenapa kotak ini ada diantara barang barangku? kuelus lagi permukaannya yang bertekstur aneh itu, kuangkat penutupnya pelan

tok... tok... tok...

suara ketukan di pintu membuatku terlonjak hingga kotak itu terlepas dari genggamanku. kupungut dan kuletakkan di nakas. lalu berlari kecil menuju pintu dan kurenggut hingga terbuka. ibuku berdiri disana, menunggu.

" bagus, kamarmu rapi sekali?" keraguannya mengubah kalimat itu menjadi tanya
" yeah.. kenapa Mom?"
" oh, yes, umm this is the flowers for the.."
" balcony" potongku
Mom mengangguk
" freesia, mawar dan forget me not?"
lagi lagi Mom mengangguk " dont forget to water them" tegas Mom
" got it"

kutaruh pot pot tersebut dengan hati hati di atas meja meja kecil. kusiram sedikit dengan air minum di gelas yang tadi kubawa ke kamar. lalu meminum sisanya dan menyusuri lorong menuju dapur. kulihat Mom masih sibuk mengatur vas vas kristalnya di meja makan. peralatan dapur sudah rapi pada tempatnya.

" Mom..."
" gak pa-pa kamu bantu Dad aja"
" yakin nih?"
Mom mengangguk

lalu aku melirik sebentar ke ruang kerja Dad. dinding sebelah kiri didominasi dengan rak buku yang menjulang hingga ke langit langit. komputer terletak diatas meja yang tersusun rapi, dan lukisan dengan gambar gambar setan yang disiksa dengan orang orang bertopeng hitam yang mengelilinginya tergantung di dinding. aku keluar dan menuruni tangga dengan perlahan. lalu menuju ruang hobi, dipenuhi dengan berbagai peralatan hobi kami. kami melakukan segala aktifitas santai disini. kau bisa menyebutnya ruang keluarga atau apalah.

ketika aku masuk Dad sedang menyusun CD di rak disamping home theater kami. kulihat kardus berisi peralatan lukisku belum tersentuh. jadi aku mulai membereskan dan memasukannya ke dalam lemari. lalu menutup grand piano, meluruskan lukisan, merapikan meja kerja ibuku juga menaruh bingkai foto diatas meja, beberapa kugantung di dinding.

" Dad, you're hungry?"
Dad bergumam mengiyakan
" okay" sahutku dan berlari menuju dapur

Mom sedang menggambar sketsa untuk baju barunya di meja makan. mungkin dia baru mendapat inspirasi. aku berusaha memasak dengan cepat tapi tenang agar tidak memecah konsentrasi ibuku. aku memutuskan untuk membuat lasagna dan macaroons sebagai desertnya. membuatnya memang agak lama, tapi rasanya enak. ini makanan favorit Dad dan hanya aku yang bisa membuatnya. kumasukkan lasagna kedalam microwave dan macaroons kedalam oven. lalu menaruhnya di piring saji dan meletakkannya di meja makan. Mom sudah selesai menggambar jadi dia langsung memakan masakanku. aku berteriak memanggil Dad. saat makan, kuceritakan apa yang kutemukan hari ini di rumah baru, mengatakan apa yang kusuka dan tidak kusuka. ketika aku selesai menceritakan pohon cedar itu, ibuku melarangku untuk memanjatnya. tentu saja tidak akan kupatuhi. boleh saja aku 17 tahun, tapi tidak ada yang bisa menahanku untuk memanjat pohon. Itu hobiku sejak aku berumur 7 tahun.

pukul 11 malam aku sudah naik ke tempat tidur. lampu kamarku sudah dimatikan dan hanya lampu tidurku saja yang menyala. kututup teralis pintu balkon, tapi kubiarkan pintunya terbuka agar udara masuk. memang agak dingin, tetapi sirkulasi udaranya lebih lancar. aku lelah sekali. aku melihat kotak itu, hendak membukanya, tetapi aku pikir masih ada hari esok. aku lelah dan butuh tidur. aku merapatkan selimutku dan memejamkan mata.

***

aku terbaring telentang, di sisiku banyak daun gugur yang berwarna kuning dan oranye. aku ingin bangun dan melihat dimana aku sekarang. tetapi tubuhku terasa berat

" dapat"

suara apa itu? lalu beban itu terangkat, aku terduduk dan bersandar di pohon terdekat. orang itu membuka jubahnya. kulihat matanya berapi api memandang leherku. kutundukkan kepalaku untuk melihat apa yang dia lihat. ternyata sebuah kalung. dengan liontin perak dan jalinan emas putih untuk pengaitnya. kusentuh kalung itu perlahan dan dia menggeram marah

" jangan sentuh" ucapnya padaku seolah aku anak imbesil dan aku langsung menurunkan tanganku
" berikan padaku" ucapnya dengan nada yang sama
" tidak" teriakku marah karena diperlakukan seperti anak imbesil
" baiklah" ucapnya tenang lalu dia menghampiriku dan menempelkan pisau ke leherku
aku menjerit

***

0 komentar:

Post a Comment