CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Friday, March 4, 2011

Lanjutan Birthstones (1)

" Alice.. breakfast ready" teriak Mom, membuatku terlonjak. kutaruh lagi kotak itu di kabinet dan berlari menuju dapur.
" Dad mana?" tanya Mom padaku
" huh? oh, Dad lagi nangis"
" kenapa lagi?" tanya ibuku menahan senyum
" biasalah..."
" album bayi kamu, ya?"
" he-eh" sahutku seadanya sambil menggigiti pinggir muffin blueberry buatan Mom
" maybe i should.." ibuku memulai dengan nada cemas, tapi kupotong
" Dad bilang dia butuh waktu, aku aja diusir kemari"
" okay.." sahut Mom dan mulai membereskan peralatan masaknya
" gak usah, Mom, aku aja, Mom kan capek" ujarku, melompat berdiri untuk mencuci peralatan masak Mom
" okay.." Mom duduk dan mengambil satu muffin

pintu berderit membuka, aku menoleh dan kulihat Dad masuk sambil terisak kecil, kuputar bola mataku melihat betapa dramatisnya hal itu. aku bahkan tak menyangka kalau ibuku akan melakukan hal yang sama dan malah melanjutkan memakan muffinnya. Dad langsung duduk di kursi dan memakan muffinnya dengan tenang. aku melirik kearah Mom yang tenang tenang saja sambil tersenyum kecil. terkadang Mom memang kekanak kanakan dan hanya aku yang bisa mengatasinya. suasana terlalu sunyi, hanya terdengar bunyi air yang menciprat di wastafel saat aku membilas piring. kubilas tanganku dan mengelapnya lalu mengambil muffinku tadi.

" ah, iya!" Dad tiba tiba berseru, membuatku dan Mom terlonjak.
" what,  John?" tanya Mom
" Alice, tadi Claire menitip pesan lewat telepon, dia menunggumu di Mc Donald" kata Dad melamun
" what for? she knows i hate junkfood" keluhku keberatan, ini hari terakhirku dan aku nggak ingin bertemu sahabatku, aku takut itu akan membuatku sedih
" just come there, dear, we'll pick you up at 11" Mom bergumam kecil tapi jelas
" sekarang jam 7 and i just had my breakfast" protesku
" just come" tegas Mom sekali lagi

aku bergegas ke lantai atas untuk mandi. air panas terasa nyaman di kulitku. kubiarkan airnya terus mengalir untuk melemaskan otot ku yang sedikit kaku. kusikat lagi gigiku, 2 kali. kemudian aku memakai pakaian yang sangat sederhana. jeans dan blus cokelat yang paling kusuka dan mengambil dompet dan tas lamaku. sesampainya dibawah Dad menawarkan untuk mengantarku, dan langsung kusetujui dengan penuh semangat, dan Dad segera memanaskan BMW-nya. aku bingung. Mc Donald hanya berjarak beberapa blok dari sini. aku bisa saja berjalan kaki, kalau mau, kenapa harus pakai BMW? memutuskan itu bukan hal penting, aku langsung melompat masuk ke kursi depan.

jujur saja, aku malas pergi hari ini. aku ingin membantu mengepak barang barang saja dirumah, bersama Mom dan Dad. lalu aku ingat kotak kecil di kabinet yang tadi kutemukan. aku ingin menanyakannya kepada Dad, tapi langsung kutahan. siapa tahu itu benda yang penuh kenangan bagi Dad. aku tidak mau dia menangis lagi, terutama saat mengemudi.

aku turun dan melambaikan tangan kepada Dad ketika sudah tiba di Mc Donald. aku langsung melangkah masuk dan melihat Claire duduk di kursi dekat jendela samping dan melambai padaku. aku balas melambai padanya dan bergegas duduk di kursi didepannya

" kenapa? kok tiba tiba ngajak ehh.. sarapan?"
" Alice! wake up! ini hari terakhir kau disini. dan gak akan berakhir tanpa perayaan"
" Claire, you know i hate parties... or whatever you call it" sambungku, mengingat ini bukan tempat yang tepat untuk pesta. kecuali kau 5 tahun dan merayakan pesta ulangtahunmu disini
" oh, ayolah jangan begitu, kau tidak pesan?" tanyanya
" i think you know i hate junkfood" ujarku sambil lalu
" oh, i know, but you just looove cakes"
" i am?" tanyaku, tidak sepenuhnya sadar apa yang dia katakan
lalu Claire menjentikkan jarinya

aku tertawa lepas saat kulihat teman temanku di kelas biologi menyanyikan lagu kesukaanku sambil membawa cake bertuliskan ' adios, Alice ' bahkan ada yang melukis wajahnya mirip kucing liar iriomote dari jepang, salah satu binatang kesukaanku. teman teman perempuanku memelukku bergantian dan mengucapkan kata kata perpisahan, pesan dan agar aku tidak melupakan mereka. aku terkejut saat mike mengecup pipiku dan mengatakan kalau dia akan merindukanku. saking terkejutnya, aku diam saja, dan berharap itu tidak akan melukai perasaannya.

kami memakan kuenya, aku hanya makan sedikit, ketika ditanya aku hanya menjawab masih kenyang. aku juga menerima banyak kado, dan meskipun aku membenci kado, aku menerimanya, demi alasan kesopanan.

Mom dan Dad menjemputku tepat pukul 11. dengan sedih kulambaikan tanganku pada teman temanku, memeluk mereka semua , yang wanita tentunya, satu persatu. mereka semua berteriak kalau aku harus mengirimi mereka e-mail ketika sampai disana. aku mengangguk pelan dan naik ke kursi belakang BMW. kulihat wajah mereka untuk terakhir kalinya sebelum mobilku melesat dan mengaburkan segalanya.

memakan waktu 6 jam berkendara dengan mobil, tentu saja tidak termasuk istirahat dan segala kemacetannya. aku hanya duduk melamun di kursi belakang. menanggapi ocehan ibuku seadanya. tapi suara ibuku yang kali ini membuatku tersentak.

" Alice, sudah hampir sampai"

kubuka jendela dan mulai melihat keluar dengan bersemangat. angin dingin menggelitik pipiku. aku mencium bau tanah basah dan pinus. beberapa menit kemudian aku melihat danau yang sangat luas dengan air biru jernih yang tenang. okay, this isn't so bad batinku

" masih jauh gak sih, Mom?"
" sabar sayang..."

aku mendesah. ketika kami mulai memasuki kota aku mulai pesimis. orangtuaku tidak mengizinkanku melihat atau bahkan memberitahu dimana rumah baru kami. mereka bilang itu hadiah ulangtahunku minggu lalu. astaga.. rumah sebagai hadiah? yang benar saja

" kita tinggal di kota ? Dad, will you go back, please?"
" Alice Hartman! mind your attitude" Mom menegurku tegas
" no, we wont, Alice. just a couple more minutes and you'll see" kata Dad
" i do hate surprises" gerutuku pelan

dalam 10 menit Dad sudah keluar dari kota dan memasuki jalan yang lebih sempit dan berliku.aku sudah sangat bosan dan ingin  sekali keluar dari mobil untuk meregangkan ototku yang kaku.

" kau lihat disana, sayang?" tanya Dad

kucoba untuk melihat keluar jendela, menerobos kabut tebal yang mulai turun. kulihat siluet sebuah rumah dengan atap segitiga, sepertinya. rumah itu cukup tinggi jadi kukira pasti rumah itu paling sedikit berlantai dua. selain itu aku tidak melihat apa apa lagi. beberapa detik kemudian kami tiba di depan rumah baru kami. hanya ada satu kata yang sanggup menggambarkan rumah itu

menakjubkan

2 komentar:

Anonymous
This comment has been removed by the author.
Anonymous

post lagi dong fit, cepetan, ehehe

Post a Comment