CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Thursday, March 10, 2011

Lanjutan Birthstones (3)

 " Alice…"
" AAARRGGHHHH" jeritku sambil meronta ronta
" Alice, astaga! Samantha help!" jerit Dad

aku membuka mataku dan melihat Dad memegangi tanganku, Mom berdiri dengan mata membelalak di ambang pintu. dahiku berkeringat dan rambutku menempel di wajah. begitu melihat aku bisa tenang, Dad melepaskanku

" kau gak pa-pa Alice?" tanya Dad
" i.. i think so" jawabku terbata bata
" what happened?" tanya Mom prihatin
aku hanya menggeleng
" you wanna go back to sleep?" tanya Dad
aku mengangguk lemah dan mereka berjalan menuju pintu.

ketika pintu tertutup, aku langsung melompat dari tempat tidur dan menutup pintu balkon dan jendela lainnya. kunyalakan lampu kamar, bukan lampu utama tentunya. lalu berguling lagi ke tempat tidur. mimpi apa sih itu? rasanya aku pernah...

kepalaku berputar cepat saat aku mulai sadar kalau mimpi itu merupakan lanjutan dari mimpiku malam sebelumnya. bahkan kali ini aku nyaris dibunuh, dalam mimpi itu tentunya. kupegang leherku, aku tidak memakai kalung apapun. aku memang menyukai kalung, apalagi ber liontin. aku sering memakai kalung, dulu, sebelum semua kalung yang dipakai olehku pasti hilang atau dicuri, jadi aku tak pernah lagi memakai kalung. mimpi yang tidak masuk akal, tapi begitu nyata, aku bahkan merasakan sakit saat pisau dalam mimpi itu mengiris kulit leherku. aku tidak percaya takhayul, misteri, makhluk jadi jadian atau bahkan pertanda. tapi kali ini aku tidak memiliki cukup keberanian dan bukti untuk menyangkal kalau ini bukan pertanda

kulirik jam dinding. pukul 3 pagi. mataku mulai bertambah berat saat  kutarik selimutku hingga ke dagu. mataku terpejam dan aku tidak bermimpi apa apa lagi.

bunyi alarm membuatku tersentak duduk. aku kaget melihat kamar yang terang, lalu teringat kalau aku yang menyalakannya tadi. kuambil tissue basah di nakas dan kuusapkan ke wajahku. kugelengkan kepala untuk mengusir rasa kantuk. kemudian berdiri dan menuju kamar mandi. kusikat gigiku dan kubasuh wajahku. kusisir rambutku dengan jari, lalu masih menggunakkan piamaku yang lusuh aku menuju dapur. Mom sudah disana, tapi Dad tidak terlihat.

" Mom, Dad mana?" tanyaku sambil menghampiri Mom yang sedang sibuk di depan kompor
" masih di kamar, dia gak tidur setelah mendengarmu menjerit jam tiga tadi. padahal dia bergadang sampai jam 1 untuk menyelesaikan pekerjaannya. jadi aku yakin dia tidak akan bangun sampai pukul 8" Mom menoleh padaku dan tersenyum. melirik lingkaran hitam dibawah matanya, Mom pasti menemani Dad bergadang. aku merasa bersalah
" Mom, masak apa?"
" telur dan bacon" jawabnya lemah
" udah Mom, Alice aja" kataku dan menggeser Mom. Mom tidak memprotes dan langsung duduk di meja makan
" coffee or tea?" tanyaku
" coffee, please. two teas..."
" two teaspoon of sugar and cream?" tebakku
" yeah"

setelah membuat kopi untuk Mom. aku memutuskan untuk memasak omelet. menyedihkan sekali kalau sarapan hanya dengan telur ceplok padahal Mom kelelahan. aku sendiri meminum susu langsung dari kartonnya, mengingat isinya yang tinggal sedikit dan menenggaknya sampai habis.

" harus belanja, nih" kata Mom
" yeah.. i'll do it. aku buatin sarapan untuk Dad, ganti baju, terus ke kota" kataku
" thanks, i'll give you the list"

setelah membuat sarapan untuk Dad dan membantu Mom mengecek daftar belanjanya, aku mandi dan berganti pakaian. hari ini matahari tersembunyi dibalik awan, jadi aku memakai kemeja, jaket dan jeans lalu memasukkan ponsel ku kedalam saku celana. mengambil tas dan kunci mobil lalu meninggalkan rumah.

aku mengemudi pelan pelan, tidak sampai 50 km per jam. aku tidak mau tergelincir di jalan yang licin. 15 menit kemudian aku sudah sampai di kota lalu mulai menanyakan dimana letak supermarket, terkadang pejalan kaki melongo memandang mobilku yang memang terkesan mewah. aku memakai mercedes ibuku, padahal harganya lebih murah dari BMW. kurasakan wajahku memanas saat mengetahuinya. kurasa Dad harus membelikanku mobil yang baru, yang lebih sederhana, aku tidak mau mendapat sorotan mata itu setiap hari selama aku ke sekolah.

sesampainya di supermarket aku berlari dan mengunci otomatis mobilku. kunaikkan tudung jaketku untuk melindungiku dari hujan.  aku berjalan memasuki supermarket dan menurunkan tudung jaketku, mengeluarkan daftar belanja dari saku dan mulai mencari barang yang harus kubeli. aku menenteng keranjang belanjaku diantara rak rak penuh berisi barang. kuambil susu dari raknya, mengecek tanggal kadaluarsanya dan memasukannya kedalam keranjang. mengambil dua lusin telur sekaligus, satu bungkus bacon, dan keju. lalu aku membaca daftarnya dengan seksama untuk mengecek apalagi yang harus kubeli, ah.. kopi dan...

drak!!

0 komentar:

Post a Comment