CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Monday, May 2, 2011

Lanjutan Birthstones (6)

pelajaran dimulai dan aku serius mencatat. kudengarkan penjelasan guru dengan seksama. kucatat semua rumus walaupun ingatanku fotografis. aku risi saat mengetahui cowok itu menatap kalungku diam diam selama pelajaran. aneh.

aku tergoda untuk bertanya padanya kenapa dia melihat kearah kalungku terus, itu membuatku risi. tapi aku takut akan terdengar tidak sopan, jadi aku diam saja.
akhirnya bel berdering, dengan cepat kukumpulkan buku bukuku dan memasukannya kedalam tas.

" hei, maaf, aku ingin bertanya " kata cowok itu dan 3 barisan kedepan semuanya menoleh pada kami
" ya?" jawabku
" kulihat kau memakai kalung, boleh aku bertanya darimana kau mendapatkannya?" matanya berkilat misterius ketika dia menanyakannya
" eh, memangnya kenapa?"
" tidak apa apa, kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat, aku hanya penasaran, maaf kalau aku menganggumu, selamat pagi, Miss.."
" Hartman, Alice Hartman"
" well, Alice, aku harus pergi"

lalu dia pergi, beberapa detik kemudian, seorang anak perempuan yang menghampiriku. tubuhnya berperawakan mungil. matanya hijau dan rambutnya cokelat panjang. dia memakai kacamata.

" hei, aku Jinx" katanya mengulurkan tangan
" Jinx?" tanyaku heran
" yeah, 13 september" ujarnya, menunjuk dirinya sendiri
" kau ikut pelajaran apa?" tanyaku
" pemerintahan"
" kau keberatan jika kita berangkat bersama?" tanyaku was was
" tidak, tentu saja tidak"

Jinx sangat menyenangkan. dia banyak berbicara tetapi tidak sampai ke level cerewet., dan kebanyakan yang dibicarakannya adalah tentang guru dan pelajaran pelajaran, jadi aku memperhatikan apa yang dia bicarakan. kami sampai tepat waktu, aku segera meminta tanda tangan lalu duduk disebelah Jinx. kami tak banyak berbicara saat pelajaran berlangsung. dia serius mencatat, begitupula aku. Aku sering mendapatinya melirik kearah kalungku. Aku mulai risi. Dia melihatku sama seperti saat cowok tadi melihatku. Ketika akhirnya aku tak bisa menahannya lagi, akupun bertanya

" Jinx?" aku memulai
" eh, apa? " jawabnya salah tingkah
" kenapa kau sering melirik ke kalungku?" terkesan tidak sopan, tapi aku tak tahu bagaimana harus menyampaikannya
" sudah kuduga kau pasti menyadarinya"
" menyadari apa?" tanyaku tak mengerti
" kita tidak bisa bicara disini. ada Jule" katanya dengan sura rendah
" siapa?"
" sssshhhhhh" desisnya kesal
" ah, mungkin begini saja" ujarnya, merobek selembar kertas dari bukunya dan mulai menulis diatasnya. penanya meluncur cepat diatas kertas. aku mulai penasaran apa yang ditulisnya. hingga seseorang berdeham.
" apa yang ingin kau bagi dengan kami, Miss?" tanya Mr. Rotter
" tidak ada pak, saya hanya ingin membiarkan Miss Hartman melihat catatan saya untuk mengecek ulang catatannya" ujar Jinx polos

Mr. Rotter mengambil kertas yang ada diatas binder Jinx

" mmm..." katanya lalu menaruh kembali kertas tersebut diatas binder Jinx dan kembali ke depan kelas
" apa.."
" nanti saja, percaya padaku" bisiknya dan akupun diam

begitu bel berdering Jinx melompat bangun dan membereskan buku bukunya dengan cepat. aku kaget melihatnya. di kelas trigono tadi dia tidak begitu, kok. kurang dari semenit Jinx sudah berlari menuju pintu, aku mengejarnya

" hei, ada apa?" tanyaku saat aku berhasil menyusulnya
" astaga! aku sampai lupa, Samuel!" teriaknya
" Samuel?"
" tenang saja, dia salah satu dari kita, dia ikut kelasnya Fawcett. kau ikut kelas siapa?" tanyanya terburu buru
" ehh.. Fawcett" jawabku
" bagus! Samuel, antar dia, aku harus segera menemui Josh" katanya cepat
" aku?" Samuel rupanya sudah berada di sampingku, dia bermata cokelat
" dia si aquamarine" Jinx berkata pelan
" apa?!" tanyanya kaget
" tepat sekali, sekarang antar dia" dan Jinx berlari menyusuri koridor

aku dan Samuel berjalan dalam diam. dia melihat kalungku sekilas dan mengangguk angguk mengerti. dia lalu menunjukkan gelang kulitnya. dan aku terkesiap saat melihat bahwa simbol simbol di liontinnya sama persis dengan milikku. hanya saja dia memiliki tiga batu emerald. otakku berputar mencari tahu apa yang terjadi disini. ini tidak masuk akal, ini hari pertamaku sekolah dan aku langsung mendapat hal hal seperti ini. aku ingin menanyakannya pada Samuel, tetapi aku takut. jadi aku diam saja. rupanya Miss Fawcett sudah dikelas dan dia menyalahkan Samuel yang dikiranya penyebab keterlambatanku masuk kelas. setelah meminta tandatangannya, aku ternyata tidak ditempatkan di samping Samuel. aku ditempatkan disamping Theo, dia duduk di pojok ruangan, Samuel duduk di baris paling depan, dengan langkah hati hati, aku duduk disebelah Theo.

" jadi, kau si aquamarine?" tanyanya
" ehh, aku akan lebih senang jika kau memanggilku Alice" protesku halus
" terserah. dengar, ini penting, dengarkan penjelasan guru dengan hati hati dan seksama. atau paling tidak berpura puralah. karena aku akan memberitahumu segalanya"
" aku... tidak mengerti" kataku akhirnya
" kalau begitu sebaiknya aku menunggu Josh yang menjelaskan" ujarnya pelan, lalu kembali diam

aku menuruti nasihatnya. aku mendengarkan dengan seksama saat Miss Fawcett membacakan puisi karya Frost. lalu memberiku daftar bacaan yang harus kubaca untuk mengejar ketinggalanku. dan sayangnya, aku sudah membaca semuanya, berulang kali. aku iseng menggambari binderku. tangan kiriku tanpa sadar mengelus liontinku.

" lihat, kau mulai terikat padanya" tiba tiba Theo berkata
" terikat pada apa?"
" liontinmu, kau memeganginya terus, sama seperti kami sebelum kami tahu apa gunanya liontin itu"
" tidak kok, aku hanya iseng" elakku, secara otomatis langsung menarik tanganku
" jangan menahan diri, dampaknya jelek" katanya
" aku tidak menahan diri" ujarku keberatan
" kalau kau ingin memegangnya, pegang saja, itu wajar kok"
aku diam saja dan mulai memegangi liontinku lagi

bel berdering dua kali, saatnya istirahat. aku bangkit dan mulai memasukkan buku bukuku ke dalam tas. anak anak mulai bergerak menuju pintu. kursi disebelahku berderit tapi aku tidak mendongak

" sampai kapan kau mau disitu, Alice" tanya Samuel, tiba tiba sudah berada di dekatku
" kita harus segera ke kafetaria, yang lain pasti sudah menunggu" kata Theo
" yang lain?" akhirnya aku bersuara
" ya, ayo, cepat"
" maaf, tapi kurasa aku masih bisa jalan sendiri" kataku keberatan lalu berjalan sambil mengentakkan kaki

aku berjalan menuju kafetaria dengan perasaan tidak nyaman, karena Samuel dan Theo membuntutiku. orang orang menoleh kepadaku ketika aku lewat. tetapi Samuel dan Theo sepertinya biasa saja dan tetap mengikutiku

sesampainya di kafetaria, aku langsung berjalan ke antrian, aku hanya membeli limun, setelah kubayar aku langsung duduk di meja terdekat, tetapi Samuel dan Theo menyuruhku bangun untuk duduk di meja lain. aku melihat Jinx dan beberapa anak lain. aku turuti saja mereka, setidaknya disana ada Jinx, dia yang kukenal, satu satunya di meja itu. ada juga anak yang duduk disebelahku pada pelajaran trigonometri.

" senang bertemu lagi, Jinx " ujarku dengan nada tajam
" duduklah aku akan menjelaskan sesuatu" ujar Jinx menepuk nepuk kursi disebelahnya, tetapi aku bergeming.
" kumohon, kau harus duduk, biarkan kami menjelaskan segalanya padamu" Samuel memohon padaku
aku diam sesaat, lalu aku-pun duduk
" okay, kurasa wajar jika aku memulainya dengan pertanyaan ' ada apa sih ini?'" kataku sambil duduk
" tidak, pertama, tama, kami harus memperkenalkan diri dulu" kata Jinx
" aku Josh, si topaz"
" aku Jinx, si safir"
" aku Samuel, si emerald"
" aku Theo, peridot"
" aku Max, turqoise" kata seorang cowok kekar berambut hitam
" George, opal" kata cowok bermata biru dan berambut pirang pucat
" tara, pearl" kata cewek berambut cokelat kemerahan dengan aksen yang menarik
" dan kau, adalah yang kami tunggu tunggu selama ini, Alice, si aquamarine" ujar Josh
" aku ini apa?" tanyaku panik
" si aquamarine, batu indah dan langka dari lautan dalam, berwarna sebiru laut namun sebening kristal, kesempurnaan dan keindahan yang seimbang." tutur George menerawang
" kau-lah, yang menentukan masa depan kami, Alice" ujar tara

0 komentar:

Post a Comment