CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Monday, February 14, 2011

Birthstones (novel gue yang dalam pembuatan)

Guys, atau siapapun yang baca postingan gue kali ini, ini adalah kutipan dari novel yang lagi gue buat, judulnya Birthstones gue belum lama memulainya, mungkin sekitar 3-4 bulan yang lalu, sekarang gue kasih lo semua kesempatan untuk ngintip, tolong comment-nya ya... buat referensi dan perbaikan karya gue yang masih amburadul ini, Oke? Thanks a lot guys
 
***

aku berjalan

aku berjalan dibawah kanopi dedaunan kuning dan oranye yang indah. suara burung bercicit nyaring dan merdu, angin berdesir lembut, membuat pepohonan berbisik damai, meniup dedaunan kering dibawah kakiku dan menggelitik bulu halus di wajahku. bisa kudengar nyanyian sungai, tidak terlalu jauh dari tempatku kini.

srek.. srek.. srek..

aku menoleh dengan cepat. apa itu? suaranya seperti daun kering yang diremukkan. apakah ada orang? mataku jelalatan memandang hutan yang kosong. mencari cari. tidak, sepertinya tidak ada orang

srek.. srek.. srek..

aku memutar badanku dengan cepat dan panik. ingin rasanya aku mulai berlari atau setidaknya menjerit. tetapi aku bahkan terlalu takut untuk berkedip. mataku semakin jelalatan memandang hutan yang kosong. mencari cari diantara pepohonan yang tumbuh rapat. tunggu... sepertinya...

" sial!" umpatku

aku mulai berlari. berulang kali menengok ke belakang. aku masih diikuti. kupaksa kakiku berlari lebih cepat lagi, walaupun otot kakiku menjerit protes. daun kering berkeresak nyaring dibawah kakiku. kerikil yang kutendang terpantul di pohon. hutan semakin gelap dan rapat. kicauan burung sudah berhenti. aku menoleh lagi.

dan aku berhenti berlari

kuputar badanku. mencari bayangan itu. bayangan hitam, besar, dan mengerikan yang sedari tadi mengejarku.

ZRAK!!

semuanya berjalan begitu cepat, tidak berputar lambat seperti di film film. detik pertama aku melihat bayangan hitam itu diatas batang pohon dan aku membuka mulutku untuk menjerit. detik berikutnya mulutku di bungkam dan kurasakan berat bayangan itu menindihku. aku berontak, menendang nendang tak keruan. napasku terengah engah, kelelelahan. kurasakan sesuatu yang basah dan hangat mengalir di leherku. kulirikkan mataku dan kulihat sebilah pisau menempel disana.

kuperlambat denyut jantungku, memperlambat napasku agar pisau itu tidak mengiris lebih dalam lagi. mataku menatap tajam kedalam jubahnya. mencari tahu siapa itu.

" dapat" ujarnya tenang

***

aku membuka mata, berkeringat, terengah engah dan shock. kaget menemukan ruangan gelap. ini kamarku? kuraba raba meja di samping tempat tidur. mencari tali lampu tidurku. mana sih talinya?

trek

sinar temaram menerangi kamarku yang gelap. kucoba mencari bentuk asing di kamarku yang kini setengah kosong. mimpi macam apa itu tadi? aku kan tidak pernah ke hutan manapun di dunia.

bunyi alarm membuatku terlonjak. kulihat lampu kamar orangtuaku menyala. aku tetap diam. merenungi mimpiku yang mengerikan tadi. pintuku diketuk

" Alice, sayang, bangun, sarapan dulu" suara ibuku yang lembut merobek keheningan kamarku
" ya, Mom, i'll go downstairs" kataku dengan suara yang sama sekali bukan suaraku
" you all right, dear?"
" yeah, i'm fine. nanti aku kebawah deh"
" okay, i'll wait for you, then"

aku keluar dari kamarku menuju kamar mandi. kutatap wajahku di cermin wastafel. ekspresiku masih terlihat kaget. kucuci muka dan kusikat gigiku dengan cepat. kuputuskan untuk melupakan mimpiku. toh itu hanya mimpi.

aku pun turun, menuju dapur. kulihat Mom sedang sibuk di depan kompor.

" Mom, bikin apa?" tanyaku sambil mengendusi udara. harum
" blueberry muffin, your favorite"

Mom berbalik mengahadapku, tersenyum, Mom cantik, wajahnya berbentuk hati, rambutnya ikal menjuntai sebahu, mirip pegas. matanya biru laut yang terang. bibirnya penuh dan merah sempurna. postur tubuhnya ideal, langsing dan tinggi. dengan riasan yang tepat, Mom bahkan bisa terlihat lebih muda daripada aku.

terkadang aku iri pada Mom yang begitu cantik dan manis, karena aku mewarisi wajah ayahku. wajahku oval, rambutku dipotong pendek dan berwarna hitam. mataku cokelat dan kulitku pucat. postur tubuhku cukup ideal, tapi tidak se-ideal Mom.

" can i help you? or Mom pikir aku masih anak lima tahun yang nggak bisa misahin kuning telur dari putihnya?" candaku
" okay, cut the bluberries into smaller pieces. bisa?" tantang ibuku
" is that the challange? kegampangan" ujarku lalu meraih pisau kecil dan mulai memotong blueberry-nya
" Mom, kapan sih kita pindah?" tanyaku
" hari ini, 3 pm. udah gak sabar ya?" tanya ibuku, mencolek pipiku dengan terigu
" ew.. Mom.. gak sih, biasa aja. cuma nanya aja kok"
" blueberries ready?" tanya Mom
" yep, there you go"
" kok nggak rata gini sih?"
" well, sorry" ujarku mengangkat bahu " so.."
" what?"
" the score is....."
" seven, tujuh" ujar ibuku sambil menuangkan adonan muffin ke cetakan
" what?!"
" udah, panggil Dad sana"
" okay..." ujarku lalu menuju ke ruang tamu

kususuri lorong kecil yang memisahkan ruang tamu dan dapur. rumahku sudah setengah kosong. semuanya sudah di- pak agar siap dipindahkan ke rumah baruku. aku sudah begitu terbiasa berpindah pindah dari satu rumah ke rumah lain, sampai sampai aku tak lagi merasakan kesedihan saat berpisah dengan sahabat sahabatku disini. kedengarannya jahat, memang, tapi.. mau bagaimana lagi?

" Dad? Dad dimana?"
" Alice, sini sebentar" suara Dad terdengar aneh di telingaku

kenapa lagi nih? tanyaku dalam hati sambil berjalan menuju Dad

" Dad, ngapain? ya ampun..." keluhku sambil memijat kening melihat Dad yang sedang melihat album bayiku dengan mata berkaca kaca. Dad memang cukup, well, sangat emosional mengenai hal hal kecil dan kenangan tentangku. memang cukup membahagiakan kalau kau melihat ayahmu selalu mengingatmu, itu membuatmu merasa berharga. tapi kalau setiap minggu.. yah.. jadinya biasa saja.

" udah deh, Dad, jangan emosional gitu dong.." pintaku mengusap bahunya dengan prihatin. Dad mendongak kearahku. wajahnya yang pucat dan bola matanya yang cokelat berbingkai kacamata tampak sedih sekali
" Alice, dulu kau keciiil sekali, seperti boneka porselenku yang manis, tapi sekarang..." dia mulai terisak lagi
" aw.. Dad.. i'm not gonna go anywhere.. you need time?" tanyaku, dia mengangguk
" okay, i'll be in the kitchen, with Mom. ya?" kataku dan meninggalkannya di sofa loveseat kami.

aku bergegas ke dapur, tapi sebelumnya aku melihat sesuatu di kabinet., tapi.. kesannya asing, dan sudah berdebu. lagipula bukannya semua barang sudah di-pak? penasaran, kubuka pintu kabinet. suaranya berderit mengerikan. kuambil kotak itu, kelihatannya seperti kotak jam saku tetapi sedikit lebih besar. mungkin milik Dad. kuusap lapisan debu yang kian menggunung di tutupnya. ada tulisan aneh dengan simbol simbol rumit. kuraba dengan pelan untuk merasakan teksturnya. teksturnya aneh, setengah kulit binatang, setengah beludru. setengah kasar, namun lembut.

tanganku sedikit gemetar saat hendak mengangkat penutup kotaknya.

0 komentar:

Post a Comment